Hari itu minggu 08 November 2015..saya berencana untuk istirahat full di rumah, karena sudah beberapa hari sakit asma ku kambuh.
Tapi…saat itu teman-teman mengajak untuk masak nasi liwet plus sate di rumah Kang Ace, akhirnya setelah mengumpulkan kekuatan (hehehe…) saya hampiri juga teman-teman di rumahnya Kang Ace. Dan ketika saya sampai disana..ternyata sate nya sudah habis disikat Hanny (seorang pedagang online yang sering dimarahi konsumennya di facebook..wkwkwk).
Karena hari masih panjang, saat itu saya iseng berkata “nanti udah ashar kita ke Gunung Batu di Lembang yuk?!”. Dan teman-teman bertanya “serius nih Kang?”. “Iya..serius…” saya menjawab dengan meyakinkan.
Setelah diskusi beberapa saat akhirnya kami sepakat untuk berangkat setelah ashar. Dan saya putuskan pulang dulu ke rumah untuk istirahat lagi sejenak sambil ganti pakaian.
Setelah ashar teman-teman menelepon, agar saya tak usah pakai motor..tapi nanti dijemput biar berangkat barengan pakai Neng Vina, Neng Vina ini adalah mobil Livina kepunyaan Kang Ari 😀
Selang beberapa saat Neng Vina sudah datang ke rumahku, dan sayapun segera menghampirinya. Ku tengok didalam mobil ada Kang Arie, Anaknya Kang Arie dan Sita. Saya segera masuk mobil, dan Neng Vina pun meluncur menuju pom bensin di Lembang..karena rencananya Hanny dan Dita menunggu disana.
Tapi ketika kami sampai depan SPN Cisarua..saya lihat cuaca begitu mendung, dan benar saja..ketika kami lewat depan Rumah Sakit Jiwa Cisarua hujan turun dengan derasnya. Hmmm…gagal nih rencana naik ke Gunung Batu.
Ya sudah..untuk sementara kami fokuskan untuk ketemu dulu saja dengan Hanny dan Dita, yang saat itu pakai motor dan kehujanan di sekitar UPI Bandung. Lalu kami sarankan untuk titipkan motornya disalah satu tempat yang aman untuk menyimpan motor. Dan akhirnya mereka menemukan sebuah hotel untuk menitipkan motornya, setelah itu kami jemput mereka ke hotel tersebut.
Neng Vina pun melaju lagi ke arah Lembang, kami putuskan untuk tetap ke Gunung Batu..walau sekedar untuk lewat, tujuannya agar teman-teman tahu yang mana Gunung Batu Lembang itu..jadi kapan-kapan bisa kesana lagi walaupun tanpa saya.
Setelah sampai Gunung Batu, ketika Kang Arie hendak memutar balik mobilnya untuk pulang..saya kasih ide untuk tak berputar arah, tapi terus saja maju mengikuti arah jalan..karena saya lihat view nya bagus, dan saya penasaran..jalan tersebut tembus kemana.
Kang Arie pun membawa Neng Vina mengikuti jalan tersebut, dan ternyata benar..kami melewati tempat yang view nya bagus, dan ternyata jalan itu tembus ke Dulang resort. Hanny pun berkata “kita masuk ke Dulang Resort aja yuk sambil foto-foto..disana banyak spot yang bagus untuk foto”. Saya menjawab ” hayu..tapi kita ke Kubah Kesepian dulu ya, tempatnya ga jauh dibawah sana”.
Dan teman-teman setuju untuk ke Kubah Kesepian dulu. Kami sampai di Kubah Kesepian beberapa saat sebelum magrib. Tak banyak membuang waktu..kami segera turun dari mobil untuk berfoto, waktu itu hujan rintik-rintik dan hari sudah mulai gelap.
Setelah ambil beberapa foto, adzan magrib terdengar dari kejauhan..dan kami pun masuk mobil kembali untuk beranjak dari sana.
Kang Arie menekan gas Neng Vina dengan mesra..melewati hutan pinus yang gelap, dan sedikit menanjak. Lalu tiba-tiba Neng Vina enggan berjalan..ban nya slip terperangkap dalam tanah. Beberapa kali Kang Arie memaksa Neng Vina untuk terus berjalan..namun Neng Vina tak bergeming.
Akhirnya saya turun dari mobil..berusaha untuk membantu Neng Vina keluar dari perangkap, namun sepertinya sia-sia..Neng Vina tetap enggan tuk berjalan.
Lalu Sita, anaknya Kang Arie, Hanny dan Dita keluar dari mobil. Bukan untuk bantu mendorong, tapi agar Neng Vina berkurang beban..dan Kang Arie berusaha kembali menekan gas Neng Vina..dan hasilnya, Neng Vina tetap enggan berjalan.
Karena merasa ngeri dengan sekitar..hutan pinus yang gelap, hujan yang tak kunjung reda..Sita, anaknya Kang Arie, Hanny dan Dita memutuskan untuk berjalan kaki keluar dari area tersebut sambil mencari bantuan. Dan akhirnya hanya tinggal saya, Kang Arie dan Neng Vina yang berjuang dikegelapan dengan diiringi hujan yang semakin deras…
Dan saat itu berkali-kali saya bisikan ke dalam diri saya “asma..sembuh dulu ya, saat ini saya harus sembuh..harus kuat, tak ada pilihan lain..saya harus terus berusaha untuk membawa Neng Vina keluar dari sini sesegera mungkin dan dengan selamat”.
Setelah kurang lebih 30 menit berjuang, saya mendorong Neng Vina dari belakang dengan segenap tenaga..dan Kang Arie dengan segenap kemampuan menyetir Neng Vina, akhirnya Neng Vina bisa berjalan hingga ke ujung tanjakan. Tapi..ya tapi, diujung tanjakan itu Neng Vina kembali terhenti karena bannya terperangkap oleh tanah yang lebih parah dari sebelumnya. Setelah beberapa saat kami mencoba untuk keluar..namun tetap tak bisa, dan kamipun menyerah. Kami ambil barang-barang yang dibutuhkan dari dalam mobil, kami tutup jendela dan kunci pintu mobil, dan kami tinggalkan Neng Vina sendirian dalam kegelapan.
Saat itu saya dan Kang Arie memutuskan untuk menyusul teman-teman sambil mencari bantuan. Hanya berjalan beberapa saat, kami sudah bisa bertemu dengan teman-teman yang lain..saat itu mereka sudah ada dipinggir jalan beraspal yang sebenarnya memang tak jauh dari Kubah Kesepian.
Tak jauh dari tempat berdiri..kami lihat ada rumah penduduk, lalu kami hampiri untuk minta bantuan. Disana kami disuguhi kopi dan air hangat untuk mengurangi rasa dingin. Dan Ibu punya rumah berkata “di rumah ga ada laki-laki yang bisa bantu untuk mendorong mobil..ada juga anak laki-laki yang sedang sakit, kalau mau..tunggu suami saya dan anak yang lain..mungkin sebentar lagi pulang”.
Tak ada pilihan..kamipun menunggu suami ibu tersebut pulang. Sambil menunggu..saya berusaha untuk menghubungi adik saya dan istrinya yang kebetulan rumahnya tak jauh dari tempat kami terperangkap, namun hp nya tak bisa dihubungi. Lalu saya ingat ada seorang teman yang rumahnya tak jauh dari situ juga..Kang Oetoenk, tapi saya tak punya nomer hp nya. Tak kehilangan akal..saya telpon teman saya yang lain yang kemungkinan punya nomer hp Kang Oetoenk, ya saya telpon Kang Indra (pengrajin eceng gondok dari Cihampelas, Cililin)..dan kebetulan Kang Indra punya nomer hp Kang Oetoenk.
Setelah menunggu cukup lama, dan teman-teman perempuan semakin gelisah karena malam semakin larut..akhirnya suami ibu yang punya rumah datang bersama anaknya. Tak lama dari situ Kang Oetoenk pun datang..dan kami ber-5 berusaha kembali untuk mengeluarkan Neng Vina. Tak hanya ber-5..setelah beberapa saat, anak laki si ibu yang tadi sakitpun datang membantu. Dan akhirnya..setelah menyatukan kekuatan, Neng Vina berhasil kami evasikuasi dengan selamat.
Hmmm…sebelumnya sempat kepikiran harus tidur di mobil menunggu siang..atau numpang tidur di rumah warga, tapi alhamdulillah akhirnya bisa pulang juga.
Bahkan sebelum pulang diajak mampir dulu ke tempatnya Kang Oetoenk di Buruan Kopi untuk nyicipin Kopi Abah Ami.
Mantap..kopinya langsung ditumbuk saat itu pula sesaat sebelum diseduh, dan busa nya…wow, keren.
Kopi Kang Oetoenk memang bukan kopi sachet, seperti motto Kang Oetoenk dan rekan-rekan pecinta kopi nusantara lainnya “hitam bukan sesat..bukan saset”
Read Full Post »