Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘perjalanan alam’ Category

HALAL BIHALAL URANG BANDUNG BARAT & MENGENAL BANDUNG BARAT

Alhamdulillah kegiatan Halal Bihalal Urang Bandung Barat & Mengenal Kabupaten Bandung Barat hari minggu kemarin tanggal 9 juli 2017 di Bunder, Cihampelas serta Benteng Gedong Dalapan, Karang Anyar-Cililin berjalan lancar dan membahagiakan.

Terimakasih untuk wargi-wargi Urang Bandung Barat maupun wargi-wargi yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Bandung Barat, yang telah meluangkan waktu untuk bersilaturrahim dan mengenal potensi kekayaan yang dimiliki oleh Bandung Barat.

Pada hari kemarin kita coba untuk mengenal, serta kita coba untuk lebih mengenalkan ke masyarakat luas dengan menggunakan berbagai media semampu kita, yaitu potensi keindahan alam sungai Citarum yang melintas di daerah Kabupaten Bandung Barat, khususnya sekitar dampak genangan waduk Saguling yang berpotensi besar untuk dikembangkan lagi menjadi kawasan wisata alam, olahraga dan kuliner yang lebih tertata, terintegrasi antara satu spot dengan spot yang lainnya yang menyebar banyak diberbagai titik yang mengelilingi genangan waduk Saguling.

Selain menikmati sensasi keindahan alam, dengan cara menyebrang pakai perahu dan menikmati sedapnya kuliner berupa nasi liwet plus ikan bakar di saung apung milik warga setempat, tujuan utama kegiatan kemarin adalah untuk mengenal dan mengenalkan salah satu kekayaan herritage yang berada di kawasan Kabupaten Bandung Barat, yaitu sebuah benteng kuno peninggalan Belanda yang berada di Desa Karang Anyar yang bernama Benteng Gedong Dalapan.

Sangat disayangkan sekali, kekayaan herritage tersebut tidak terurus, bahkan beberapa bagian dari Benteng Gedong Dalapan tersebut sudah banyak yang hilang. Besar harapan kami, agar pemerintah setempat yang pada hal ini yaitu pemerintah Kabupaten Bandung Barat melalui jajarannya agar lebih memperhatikan tempat tersebut. Kami yakin, pihak pemerintah sudah dan sedang melakukan upaya-upaya untuk memperhatikan, menjaga, dan berusaha memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Benteng Gedong Dalapan yang berada di tanah milik tentara angkatan darat tersebut.

Namun pada hari ini, upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil dan kami sangat support agar upaya-upaya tersebut terus diperjuangkan dengan tidak menghilangkan keterlibatan dari masyarakat sekitar agar menjadi tuan dalam pengelolaan kawasan tersebut. Jangan sampai warga sekitar hanya menjadi penonton, yang hanya mendapatkan dampak kotor, macet, bising dan dampak-dampak buruk lainnya seperti yang terjadi di berbagai tempat wisata pada umumnya. Atau warga sekitar hanya menjadi kacung-kacung para pengusaha/investor saja, kalau bisa..bina dan bekali mereka agar bisa mengelola potensi wilayahnya.

Andaikan harus didatangkan pihak ketiga pun, yaitu para pengusaha/investor, sebaiknya hal tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati dan sebijak mungkin agar warga setempat tetap memiliki porsi dan posisi yang terhormat dan menguntungkan.

Namun demikian jangan lupa juga untuk memperhatikan dampak lingkungan jika kemudian hari hal tersebut terwujud.

Sekali lagi terimakasih kami haturkan kepada semua pihak, terutama Kang Muhamad Faisal Sidiq serta para pemuda Bunder, dan kepada Kang Muhamad Hilal Hidayat. Haturnuhun…

KBB PASTI AKAN LEBIH BAIK DARI HARI INI

Foto2 dibawah ini adalah hasil jepretan Kang Faisal, Kang Deni, dan Kang Apep

Read Full Post »

Malam itu kulihat Ciharus dalam tumpukan buku yang lama tak tersentuh. Terhimpit diantara lembaran-lembaran kusam yang menanti dengan wajah jemu. Tangannya melambai-lambai, aku bingung dibuatnya. Semua itu terlihat samar dari kejauhan, meminta aku untuk menghampiri? Atau justru menyuruh aku untuk menjauh dan pergi?

Lalu kudengar Ciharus bersuara, nadanya lirih, sepertinya ia tengah kesakitan. Ciharus merintih..mengerang, sebagian tubuhnya tenggelam dalam tumpukan sampah, wajahnya penuh luka, kotor berantakan. Ada bekas sayatan dikedua pipinya, ada pula jejak kaki dikeningnya, sebelah tangannya mati rasa dilindas roda-roda sepanjang jaman.

Ciharus bersuara..gemanya memantul di dinding hati, terbawa jauh oleh angin, dan sampai pada jiwa-jiwa yang peduli.

Pada hari yang berbeda, kulihat banyak yang datang, menjenguk dan bersimpati. Ada banyak harap serta doa disana, agar Ciharus kembali pulih dan tak murung lagi. Badannya perlahan diangkat dari tumpukan sampah, lukanya diobati, dan sekujur tubuhnya dibersihkan dengan perasan air yang keluar dari sudut-sudut mata mereka yang hadir pada saat itu.

Ciharus bersuara..ia berterima kasih kepada semua, kulihat matanya berkaca-kaca. Aku hampiri ia lebih dekat lagi, kugenggam erat tangannya seraya berbisik “maafkan kami”.

Ciharus bersuara..ia memberi pesan, agar yang peduli janganlah berhenti.

Ciharus bersuara..ini bukan tentang mempertahankan kami, tapi justru untuk mempertahankan kehidupan manusia. Karena alam bisa lestari tanpa manusia, sementara kehidupan manusia akan hancur tak bersisa jika alamnya rusak dan tidak terjaga lagi.

#SaveCiharus

#SadarKawasan

#SaveCagarAlam

Read Full Post »


Aku senang mendaki.
Seperti semua sahabat yang ada disini.
Aku senang berkelana.
Walaupun tak sehebat mereka yang ada disana.

Sahabat..tak semua tempat boleh kita sambangi.
Tidak semua keinginan mesti kita penuhi.
Kadang kita harus bisa menahan diri.
Untuk kebaikan hidup serta kehidupan sekarang hingga nanti.

Tapi nyatanya hari ini!
Kawasan yang disebut suaka alam atau kawasan konservasi.
Yang seharusnya dijaga dan terlindungi.
Faktanya terus saja kita perkosa, kita gagahi!

Hei..tuan dan nyonya yang ada disana!
Yang tangannya lentik piawai mendandani aturan, mulutmu berbusa!

Dan tak lupa tuan serta nyonya yang ada disini..
Yang pantatnya tebal beralaskan senjata, apakah nyalimu terganjal sesuap nasi?

Di Danau Ciharus, sekelompok sahabat melakukan upaya perbaikan,
Dengan mengais sampah serta mendirikan 90 sengkedan,
Lalu beberapa hari kemudian…
Berita buruk terdengar,
90% sengkedan telah raib..hancur berantakan!
Oleh siapa? Atas dasar apa?
Entahlah.. sebut saja namanya babi hutan!
Atau bagong edan!

Ya..bisa oleh mereka yang merasa gagah jika sudah menggigit dan mencakar-cakar tanah,
atau mereka yang haus akan embun pariwisata walau sesungguhnya menyesatkan.

Tolong.. jangan berhenti sampai disini!
Lakukan hal serupa atau bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya.
Dengan mengais sampah, memasang sengkedan, dan banyak hal lagi.

Sampai bencana datang,
Lalu kita semua menangis..
Meratapi kekhilafan bahwa sesungguhnya kelestarian alam harus kita jaga, bersama.

Rudy Praja

Read Full Post »

🎤bernyanyi:
“Tunas-tunas muda..bersemi”
(Iwan Fals)

image

Itulah ungkapan gembiraku ketika melihat biji-biji kopi yang ku tanam beberapa bulan lalu akhirnya mulai tumbuh menjadi tunas-tunas kopi.

Ini baru melihat tunas kopi yang tumbuh karena ditanam sendiri..kebayang ya betapa bahagianya ketika melihat anak sendiri lahir dan tumbuh dewasa menjadi pribadi yang membahagiakan.

Hegarmanah, Ngamprah
27 Juli 2016

Read Full Post »

Hari itu hari sabtu 23 april 2016, tampak beberapa anak muda bergantian lompat dari atas jembatan dengan berbagai gaya, lalu kawan-kawan dibawahnya bertepuk tangan diiringi teriakan-teriakan suka ria, sambil sesekali berenang menikmati arus sungai Cikapundung yang lumayan deras saat itu.

image

Saya perhatikan mereka sangat bahagia, apalagi ketika itu pikiran mereka sepertinya sedang tinggi di awang-awang akibat hisapan lem aibon atau sejenisnya.

Ketika saya sedang asyik memperhatikan mereka..tak jauh dari tempat saya berdiri ada seseorang yang menghampiri bibir sungai, awalnya saya kira dia ingin menonton aksi anak-anak muda tersebut, namun rupanya itu sudah menjadi hal yang terlalu biasa untuknya.

Orang tersebut lebih fokus lirik kanan-kiri, mungkin untuk memastikan ada orang yang melihatnya atau tidak, dan lalu..dengan perlahan, dengan posisi tangan tersembunyi dari pandangan saya, dia lepaskan dari tangannya satu kantung sampah ke Sungai Cikapundung.

Dan mungkin pula dalam hatinya berbisik:
“Ku sumbangkan satu kantung sampah ini untuk saudara-saudaraku di Bandung Selatan”.

Read Full Post »

Tempat ini indah, namun akses jalannya buruk. Jadi..buat sahabat yang gampang bete, gampang kesal, gampang marah, apalagi gampang stresssss..sebaiknya ga usah dulu kesini. Karena Cisaladah ini cocoknya buat sahabat yang sabar, tabah, dan bisa menikmati serta mengambil hikmah seburuk apapun keadaan yang dilewati. Atau buat sahabat..yang pengen melatih kesabaran dan ketabahan, hehehe…

image

Saran saya, kalau mau kesini..biar ga terlalu panjang jalan jelek yang terlewatinya..sebaiknya lewat Stasiun Padalarang terus ke Desa Sukatani (Ngamprah) dan terus ke atas hingga ke daerah Cipada, nanti tanya saja Desa Ganjarsari, Ciparang..nah kalau udah sampai sana tanya aja Cisaladah.

Selain lewat Sukatani, untuk sampai kesini bisa juga lewat Tagog Apu..terus ke Pangheotan..dari sana ya sama, tanya aja Desa Ganjarsari, Ciparang..nah kalau udah sampai sana tanya Cisaladah. Buat sahabat yang pernah ke Cikahuripan (Sindang Geulis) dan ke Lembang Dano pasti tahu bagaimana kondisi jalannya.

Dan buat yang dari arah Purwakarta, bisa lewat Sawit, Darangdan..nanti akan melewati tugu perbatasan antara Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat..dan dari sana ya sama juga tanyakan Desa Ganjarsari, Ciparang..dan tanyakan dimana situ Cisaladah?

image

Oke sahabat..segitu dulu aja ya infonya 🙂

Kalau main kesini..atau ke tempat manapun, jangan merusak dan nyampah ya bray..biar alam dan lingkungan kita tetap bersih serta indah

Read Full Post »

Lokasi: Situ Cilembang
Hariang, Buahdua, Sumedang, Jawa Barat
Keren…airnya jernih dan berwarna biru.
Kalau main kesini..atau ke tempat manapun, jangan merusak dan nyampah ya bray..biar alam dan lingkungan kita tetap bersih serta indah

Read Full Post »

Sahabat tentu sudah tahu Curug Malela. Iya curug yang dijuluki sebagai Niagara mini dari Kabupaten Bandung Barat.

image

Tapi kali ini berbeda, kenapa berbeda? Karena kali ini kita ke Curug Malela lewat jalur yang memang berbeda dari biasanya, yaitu lewat jalur Cisitu Gununghalu bukan lewat jalur Cicadas Rongga seperti biasanya.

Apa perbedaan jalur Cicadas dan jalur Cisitu?
1. Jalur Cicadas itu adalah jalur yang biasa dipakai oleh umum untuk mencapai Curug Malela. Sementara jalur Cisitu masih jarang yang melewatinya, bahkan bisa dibilang tak ada orang yang menggunakan jalur ini selain warga Cisitu atau diantar warga Cisitu.
2. Jalur Cicadas harus menggunakan mobil off road/motor cross/ojeg setempat untuk sampai ke parkiran Curug Malela, karena jalannya tanah licin bahkan berlumpur. Kalau jalur Cisitu bisa menggunakan mobil dan motor biasa untuk sampai ke Kampung Cisitu, karena kondisi jalannya relatif bagus.
3. Jalur Cicadas cukup berjalan kaki sekitar 45 menit-1 jam dari tempat parkir sampai ke lokasi Curug Malela. Sementara kalau jalur Cisitu harus berjalan kaki sekitar 2-3 jam dari Kampung Cisitu sampai ke lokasi Curug Malela.
4. Jalur Cicadas kita akan datang dari depan Curug Malela, sementara kalau lewat jalur Cisitu kita akan datang dari atas punggung Curug Malela.

image

Itu beberapa perbedaan antara jalur Cisitu dan Cicadas. Selain itu, jika kita lewat jalur Cisitu kita akan melewati sebuah tempat yang bernama Datar Marela. Nah..menurut warga Cisitu, Datar Marela inilah asal muasal nama dari Curug Malela, bahkan sebagian banyak warga Cisitu menyebutnya Curug Marela bukan Curug Malela. Datar Marela ini posisinya disebelah kanan atas dari Curug Malela, dari atas Datar Marela kita bisa melihat pemandangan yang indah..hamparan bukit/gunung di Cianjur selatan yang membentang hijau. Dan diatas Datar Marela ini ada makam yang dikramatkan oleh warga sekitar, entah makam siapa.

He2, asik kan kalau lewat jalur Cisitu? Berbeda dan tak biasa. Tapi sahabat, hati-hati kalau lewat jalur Cisitu, saran saya minta bantuan warga Cisitu untuk menemani dan menunjukan jalan. Kami waktu itu dibantu oleh Kang Mieptah (tokoh pemuda Cisitu) dan rekan-rekannya, karena merekalah yang paham betul akan jalur ke Curug Malela via Cisitu tersebut.

Selain minta bantuan warga Cisitu, sahabat juga harus menyiapkan tali panjang untuk menyebrangi sungai Cidadap yang lebarnya kurang lebih 50 meter dan tali pengaman untuk dipasang dipunggungan curug, karena jika dari jalur Cisitu ini kita harus berjalan melipir dari atas Curug Malela hingga ke bawah curugnya melalui dinding tebing yang lumayan licin dan terjal.

image

Terlihat kan diatas bagaimana kondisi sungainya? Rame ya sungainya? He2, iya waktu itu kita memang banyakan, karena dalam kegiatan “Mengenal Kabupaten Bandung Barat” yang diadakan oleh grup facebook URANG BANDUNG BARAT.

image

Dari pengalaman kegiatan tempo lalu, karena jalur ini terbilang ga biasa, saya ingatkan jika ingin menggunakan jalur ini:
1. Minta bantuan warga setempat sebagai guide
2. Perhatikan perbekalan dan perlengkapan (safety prosedur).
3. Batalkan menyebrang sungai jika cuaca mendung/hujan.

Oke sahabat, selamat menikmati keindahan..jangan lupa untuk tidak merusak apapun dan membuang sampah sembarangan, agar lingkungan serta alam kita tetap terjaga keindahannya.

Read Full Post »

Hari itu minggu 08 November 2015..saya berencana untuk istirahat full di rumah, karena sudah beberapa hari sakit asma ku kambuh.

Tapi…saat itu teman-teman mengajak untuk masak nasi liwet plus sate di rumah Kang Ace, akhirnya setelah mengumpulkan kekuatan (hehehe…) saya hampiri juga teman-teman di rumahnya Kang Ace. Dan ketika saya sampai disana..ternyata sate nya sudah habis disikat Hanny (seorang pedagang online yang sering dimarahi konsumennya di facebook..wkwkwk).

Karena hari masih panjang, saat itu saya iseng berkata “nanti udah ashar kita ke Gunung Batu di Lembang yuk?!”. Dan teman-teman bertanya “serius nih Kang?”. “Iya..serius…” saya menjawab dengan meyakinkan.

Setelah diskusi beberapa saat akhirnya kami sepakat untuk berangkat setelah ashar. Dan saya putuskan pulang dulu ke rumah untuk istirahat lagi sejenak sambil ganti pakaian.

Setelah ashar teman-teman menelepon, agar saya tak usah pakai motor..tapi nanti dijemput biar berangkat barengan pakai Neng Vina, Neng Vina ini adalah mobil Livina kepunyaan Kang Ari 😀

Selang beberapa saat Neng Vina sudah datang ke rumahku, dan sayapun segera menghampirinya. Ku tengok didalam mobil ada Kang Arie, Anaknya Kang Arie dan Sita. Saya segera masuk mobil, dan Neng Vina pun meluncur menuju pom bensin di Lembang..karena rencananya Hanny dan Dita menunggu disana.

Tapi ketika kami sampai depan SPN Cisarua..saya lihat cuaca begitu mendung, dan benar saja..ketika kami lewat depan Rumah Sakit Jiwa Cisarua hujan turun dengan derasnya. Hmmm…gagal nih rencana naik ke Gunung Batu.

Ya sudah..untuk sementara kami fokuskan untuk ketemu dulu saja dengan Hanny dan Dita, yang saat itu pakai motor dan kehujanan di sekitar UPI Bandung. Lalu kami sarankan untuk titipkan motornya disalah satu tempat yang aman untuk menyimpan motor. Dan akhirnya mereka menemukan sebuah hotel untuk menitipkan motornya, setelah itu kami jemput mereka ke hotel tersebut.

Neng Vina pun melaju lagi ke arah Lembang, kami putuskan untuk tetap ke Gunung Batu..walau sekedar untuk lewat, tujuannya agar teman-teman tahu yang mana Gunung Batu Lembang itu..jadi kapan-kapan bisa kesana lagi walaupun tanpa saya.

Setelah sampai Gunung Batu, ketika Kang Arie hendak memutar balik mobilnya untuk pulang..saya kasih ide untuk tak berputar arah, tapi terus saja maju mengikuti arah jalan..karena saya lihat view nya bagus, dan saya penasaran..jalan tersebut tembus kemana.

Kang Arie pun membawa Neng Vina mengikuti jalan tersebut, dan ternyata benar..kami melewati tempat yang view nya bagus, dan ternyata jalan itu tembus ke Dulang resort. Hanny pun berkata “kita masuk ke Dulang Resort aja yuk sambil foto-foto..disana banyak spot yang bagus untuk foto”. Saya menjawab ” hayu..tapi kita ke Kubah Kesepian dulu ya, tempatnya ga jauh dibawah sana”.

Dan teman-teman setuju untuk ke Kubah Kesepian dulu. Kami sampai di Kubah Kesepian beberapa saat sebelum magrib. Tak banyak membuang waktu..kami segera turun dari mobil untuk berfoto, waktu itu hujan rintik-rintik dan hari sudah mulai gelap.

image

Setelah ambil beberapa foto, adzan magrib terdengar dari kejauhan..dan kami pun masuk mobil kembali untuk beranjak dari sana.

Kang Arie menekan gas Neng Vina dengan mesra..melewati hutan pinus yang gelap, dan sedikit menanjak. Lalu tiba-tiba Neng Vina enggan berjalan..ban nya slip terperangkap dalam tanah. Beberapa kali Kang Arie memaksa Neng Vina untuk terus berjalan..namun Neng Vina tak bergeming.

Akhirnya saya turun dari mobil..berusaha untuk membantu Neng Vina keluar dari perangkap, namun sepertinya sia-sia..Neng Vina tetap enggan tuk berjalan.

Lalu Sita, anaknya Kang Arie, Hanny dan Dita keluar dari mobil. Bukan untuk bantu mendorong, tapi agar Neng Vina berkurang beban..dan Kang Arie berusaha kembali menekan gas Neng Vina..dan hasilnya, Neng Vina tetap enggan berjalan.

Karena merasa ngeri dengan sekitar..hutan pinus yang gelap, hujan yang tak kunjung reda..Sita, anaknya Kang Arie, Hanny dan Dita memutuskan untuk berjalan kaki keluar dari area tersebut sambil mencari bantuan. Dan akhirnya hanya tinggal saya, Kang Arie dan Neng Vina yang berjuang dikegelapan dengan diiringi hujan yang semakin deras…

Dan saat itu berkali-kali saya bisikan ke dalam diri saya “asma..sembuh dulu ya, saat ini saya harus sembuh..harus kuat, tak ada pilihan lain..saya harus terus berusaha untuk membawa Neng Vina keluar dari sini sesegera mungkin dan dengan selamat”.

Setelah kurang lebih 30 menit berjuang, saya mendorong Neng Vina dari belakang dengan segenap tenaga..dan Kang Arie dengan segenap kemampuan menyetir Neng Vina, akhirnya Neng Vina bisa berjalan hingga ke ujung tanjakan. Tapi..ya tapi, diujung tanjakan itu Neng Vina kembali terhenti karena bannya terperangkap oleh tanah yang lebih parah dari sebelumnya. Setelah beberapa saat kami mencoba untuk keluar..namun tetap tak bisa, dan kamipun menyerah. Kami ambil barang-barang yang dibutuhkan dari dalam mobil, kami tutup jendela dan kunci pintu mobil, dan kami tinggalkan Neng Vina sendirian dalam kegelapan.

Saat itu saya dan Kang Arie memutuskan untuk menyusul teman-teman sambil mencari bantuan. Hanya berjalan beberapa saat, kami sudah bisa bertemu dengan teman-teman yang lain..saat itu mereka sudah ada dipinggir jalan beraspal yang sebenarnya memang tak jauh dari Kubah Kesepian.

Tak jauh dari tempat berdiri..kami lihat ada rumah penduduk, lalu kami hampiri untuk minta bantuan. Disana kami disuguhi kopi dan air hangat untuk mengurangi rasa dingin. Dan Ibu punya rumah berkata “di rumah ga ada laki-laki yang bisa bantu untuk mendorong mobil..ada juga anak laki-laki yang sedang sakit, kalau mau..tunggu suami saya dan anak yang lain..mungkin sebentar lagi pulang”.

Tak ada pilihan..kamipun menunggu suami ibu tersebut pulang. Sambil menunggu..saya berusaha untuk menghubungi adik saya dan istrinya yang kebetulan rumahnya tak jauh dari tempat kami terperangkap, namun hp nya tak bisa dihubungi. Lalu saya ingat ada seorang teman yang rumahnya tak jauh dari situ juga..Kang Oetoenk, tapi saya tak punya nomer hp nya. Tak kehilangan akal..saya telpon teman saya yang lain yang kemungkinan punya nomer hp Kang Oetoenk, ya saya telpon Kang Indra (pengrajin eceng gondok dari Cihampelas, Cililin)..dan kebetulan Kang Indra punya nomer hp Kang Oetoenk.

Setelah menunggu cukup lama, dan teman-teman perempuan semakin gelisah karena malam semakin larut..akhirnya suami ibu yang punya rumah datang bersama anaknya. Tak lama dari situ Kang Oetoenk pun datang..dan kami ber-5 berusaha kembali untuk mengeluarkan Neng Vina. Tak hanya ber-5..setelah beberapa saat, anak laki si ibu yang tadi sakitpun datang membantu. Dan akhirnya..setelah menyatukan kekuatan, Neng Vina berhasil kami evasikuasi dengan selamat.

image

Hmmm…sebelumnya sempat kepikiran harus tidur di mobil menunggu siang..atau numpang tidur di rumah warga, tapi alhamdulillah akhirnya bisa pulang juga.

Bahkan sebelum pulang diajak mampir dulu ke tempatnya Kang Oetoenk di Buruan Kopi untuk nyicipin Kopi Abah Ami.

image

Mantap..kopinya langsung ditumbuk saat itu pula sesaat sebelum diseduh, dan busa nya…wow, keren.

Kopi Kang Oetoenk memang bukan kopi sachet, seperti motto Kang Oetoenk dan rekan-rekan pecinta kopi nusantara lainnya “hitam bukan sesat..bukan saset”

Read Full Post »

Akhir-akhir ini nama Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut mendadak populer, terutama dikalangan orang-orang yang hobi travelling.

image

Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut ini berada didekat Sanghyang Tikoro, yakni dialiran sungai Citarum Purba yang berada di kawasan PLTA Saguling, Rajamandala.

Jika sahabat KEUKEUH ingin ke Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut, berikut cara menuju ke Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut:
Kalau dari Bandung ambil arah menuju Padalarang, dari Padalarang ambil arah ke Cipatat terus sampai ketemu Pasar Rajamandala, dari Pasar Rajamandala belok kiri arah ke PLTA Saguling, tanyakan saja Kantor Indonesia Power. Nah..jalan masuk ke Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut itu berada didekat Kantor Indonesia Power tersebut, dan kendaraanpun bisa dititip didekat sana, sekarang ditarif oleh Pak Satpamnya..1 motor 5 ribu rupiah, kalau mobil saya tidak tahu.

Oya, kalau kesana..JANGAN NYAMPAH YA, JANGAN PULA CORAT-CORET ATAU MELAKUKAN TINDAKAN MERUSAK LAINNYA.

Dan sebenarnya..kalau berdasar plang yang terpasang disana, kawasan tersebut adalah kawasan yang TERLARANG untuk umum. Entahlah..

=================================

Info terbaru dari seorang sahabat (Mang Epul), untuk ke Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut sekarang parkirnya didaerah pemandian air panas bukan di Indonesia Power lagi. Jadi jika sahabat ingin ke Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut..tanya saja ke warga setempat arah menuju ke Ci panas. Disana belum ada tiket masuk, hanya bayar parkir..motor 2 ribu rupiah dan mobil 5 ribu rupiah. Dan jika sahabat masuk melalui Ci panas ini, sahabat tidak akan melewati Sanghyang Poek..tapi langsung menuju Sanghyang Heuleut dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam berjalan kaki. Jadi berarti jika sahabat ingin ke Sanghyang Poek pilih saja jalan yang berlawanan arah dengan jalan ke Sanghyang Heuleut, atau ambil arah ke hilir sungai..karena dari Ci panas tersebut posisi Sanghyang Heuleut berada diarah hulu sungai.

Read Full Post »

Older Posts »